Kuliah Umum Magister Manajemen: Entrepreneurial Sustainability During Pandemic COVID-19 Australian Case


Magister Manajemen Universitas Atma Jaya Yogyakarta menyelenggarakan kuliah umum dengan tema “Entrepreneurial Sustainability During Pandemic COVID-19 Australian Case”. Kuliah umum secara daring ini dilaksanakan pada Sabtu, 20 Maret 2021 pukul 11.00 – 13.00 melalui platform Zoom. Kuliah umum yang dihadiri 93 peserta ini dibuka secara langsung oleh Dekan Fakultas Bisnis dan Ekonomika Drs. Budi Suprapto, MBA., Ph.D. Dalam pembukaannya, Budi Suprapto menyampaikan bahwa entrepreneurial sustainability sangat penting untuk mengetahui cara seseorang atau perusahaan untuk tetap survive dan sustain di masa pandemi ini.

Kuliah umum ini mengundang seorang narasumber, yaitu Dr. Lanita Winata, MBA (School of Business, Griffith University, Australia) dan dimoderatori oleh Oscar Chrismadian Noventa, S.E., M,Sc. selaku Dosen Manajemen Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Lanita menyatakan bahwa entrepreneurial orientation merupakan sesuatu yang bisa didapatkan dari edukasi. Nantinya entrepreneurial sustainability akan terbentuk dari kreativitas dan bisnis start up.

Pandemi COVID-19 mengakibatkan banyak orang mengalami panic buying. Selain itu, juga berdampak pada perusahaan di sektor pariwisata, pendidikan, kesehatan, dan sebagainya. Banyak perusahaan yang memilih untuk menyerah, namun terdapat pula yang mengambil kesempatan dengan berinovasi untuk tetap mendapatkan pemasukan dan berkontribusi untuk lingkungan sekitar (seperti pekerja dan supplier). Perusahaan yang memilih bertahan akan melakukan beberapa cara seperti beralih ke online marketing, restructure communication, financial restructuring, berinovasi terhadap produknya, masuk ke pasar baru, dan meningkatkan jaringan bisnis. Setelah pandemi ini selesai, pada akhirnya perusahaan-perusahaan tersebut akan menerapkan hybrid mode dengan mengkombinasikan antara offline dan online.

Sebagai salah satu contoh adalah sebuah restoran Vietnam. Pandemi menyebabkan penurunan omset karena kesulitan biaya antar yang mahal dan jarak antar maksimal sebesar lima kilometer. Pemilik restoran tersebut membuat masker yang dibagikan untuk orang-orang sekitar dan mulai mendapatkan pesanan dari banyak orang. Setelah keadaan membaik, pasar pemilik restoran tersebut menjadi luas, yaitu makanan dan masker.